Hy guys!

WARNING

DON'T COPY all of the contents of mine, i HATE a copycat. But if y still wanna be a thief, dare to face ur own sin muthafuckas.

Kamis, 22 Maret 2012

Bunuh Diri

Bunuh diri merupakan tindakan akhir yang banyak dilakukan oleh penderita gangguan psikologis seperti penderita depresi mayor.
Persentase tindakan bunuh diri yang berhasil dilakukan oleh laki-laki lebih banyak dibanding dengan perempuan.
Namun begitu, persentase percobaan bunuh diri yang dilakukan perempuan lebih banyak ketimbang laki-laki.
Di beberapa negara bagian AS, terdapat hukum yang menggolongkan bunuh diri sebagai tindakan kriminal.
Beberapa studi yang dilakukan masih belum dapat secara jelas mendefinisikan bunuh diri.


Di AS dalam rentang waktu 20menit seseorang melakukan tindakan bunuh diri, umumnya mereka menggunakan senjata api sebagai alat untuk bunuh diri, banyaknya tindakan yang dilakukan tersebut menyebabkan bunuh diri dinobatkan sebagai sebab kematian orang dewasa di peringkat ke-9.
Rentang umur rawan bunuh diri adalah antara 24 tahun hingga 44 tahun. Angka bunuh diri kian meningkat pada para lansia dan orang-orang yang hidup di daerah kumuh.
Beberapa diagnosis mengenai orang-orang yang melakukan tindakan bunuh diri selain depresi mayor adalah gangguan mood mayor, gangguan mood kronis (gangguan distimik), gangguan kepribadian ambang dan skizofrenia.
Tidak ada perbedaan antara tingkat sosial, ekonomi, maupun bidang pekerjaan, dalam kemungkinan melakukan tindakan bunuh diri. Pemikiran mengenai bunuh diri bisa terdapat dalam diri orang yang terlihat tidak ada masalah sekalipun di wajahnya.
Kelompok profesional (dokter, psikiater-psikolog) mahasiswa, pecandu alkohol ataupun orang yang bekerja dalam bidang hukum mempunyai persentase lebih besar sebagai pelaku bunuh diri.
Peningkatan kemungkinan tindakan bunuh diri lebih tinggi jika orang tersebut mengalami masalah dalam rumah tangga atau keluarganya dan orang yang hidup sebatang kara (adanya masalah dalam gangguan interpersonal.
Tidak hanya depresi dan masalah dalam hubungan interpersonal saja, ada beberapa sebab lain juga yang melandasi tindakan bunuh diri seperti kehilangan harga diri [dikarenakan kegagalan], adanya konflik batin, dan kehilangan makna serta harapan hidup (perasaan kehilangan ini sering diderita orang dengan penyakit kronik atau penyakit terminal).


Ada berbagai perspektif serta teori-teori mengenai tindakan bunuh diri yang dianut hingga sekarang. Tindakan bunuh diri dianggap sebagai jalan seorang individu untuk dapat menyelesaikan masalahnya dikarenakan beratnya stres yang ia alami.
Ada pula ahli-ahli yang berpendapat tindakan bunuh diri merupakan cara agar dapat melarikan diri dari perasaan menyakitkan saat sadar, sehingga menurut pelakunya, tindakan bunuh diri tidak lebih sakit daripada harus menjalani hidup secara sadar. Ahli biologis dalam penelitiannya menemukan dalam pelaku-pelaku bunuh diri kadar metabolit utama serotonin tergolong lebih rendah.
Freud berdasar teori psikoanalisisnya mengutarakan perasaan akan benci dan cinta terhadap seseorang yang nantinya menjadi agresi kuat yang mendalam inilah yang dapat membuat seseorang memutuskan bunuh diri.
Teori sosiologis Durkheim membagi bunuh diri menjadi tiga jenis; bunuh diri egoistik (mereka maladptif dengan lingkungannya), bunuh diri altruistik (adanya respon terhadap tuntutan sosial), bunuh diri anomik (perubahan drastis dalam kehidupan seseorang sehingga mereka merasa tidak dapat lagi menjalani lebih jauh).
Sedangkan Shneidman menganggap bunuh diri merupakan tindakan sadar individu tsb dengan tujuan pencarian solusi dan permintaan tolong.


Selain berdasar pandangan Shneidman, Farberow dan Litman (1970) pun mengutarakan bahwa pelaku bunuh diri sebenarnya melakukan hal tersebut dengan maksud meminta tolong, Farberow dan Litman percaya bahwa niat bunuh diri yang dilakukan oleh mereka sebelumnya telah dikomunikasikan.
Farberow dan Litman menggolongkan bunuh diri menjadi tiga dengan penggunaan kata "To Be or Not To Be" dari Hamlet:
*) Kelompok "To Be" : orang-orang yang sebenarnya tidak bersungguh-sungguh ingin mati dan ingin diberikan pertolongan dengan adanya percobaan bunuh diri tersebut.
*) Kelompok "Not To Be" : orang-orang yang benar-benar ingin mati, tanpa memberikan peringatan apapun sebelumnya.
*) Kelompok "To Be or Not To Be" : orang-orang yang telah mengkomunikasikan niat atas kesedihan dan kebimbangannya (ambivalensi), namun tetap melakukan tindakan bunuh diri.
Niat atau pesan bunuh diri itupun mendapatkan penggolongan, menjadi 4 yaitu:
*) Pesan yang berisi emosi positif , seperti ungkapan terimakasih dan kasih sayang.
*) Pesan yang berisi emosi negatif , seperti kemarahan dan kebencian.
*) Pesan dengan emosi netral , biasanya mengandung kata-kata yang tidak ditujukan pada siapapun atau nantinya hanya ditujukan pada orang-orang yang sekiranya peduli pada mereka.
*) Pesan dengan emosi campuran antara positif dan negatif.
Pesan-pesan berisi emosi positif dan negatif umumnya dialamatkan pada orang-orang yang ditinggalkan oleh mereka. Pesan dengan emosi positif cenderung lebih banyak diberikan ketimbang pesan berisi emosi negatif.


Pencegahan bunuh diri bukanlah hal yang mudah. Kerapkali pencegahan berhasil dilakukan namun tindakan bunuh diri itu kembali diulang pada saat-saat mereka merasa tidak sanggup lagi menanggung beban.
Salah satu usaha pencegahan bunuh diri yang ada adalah 'crisis intervention' dimana jasa 'hot-line' via telepon 24jam ditujukan untuk menolong orang-orang tersebut untuk bisa mencurahkan perasaannya (berkonsultasi).
Para petugas pusat pencegahan bunuh diri via telepon tersebut dilatih untuk dapat memperkirakan usaha bunuh diri yang dilakukan sang penelepon dengan cara mencoba berpikir seperti mereka (disebut dengan penyelarasan) dan menciptakan kontak pribadi serta meyakinkan mereka untuk membatalkan usaha bunuh diri sebagai solusi yang dinilai bodoh, gila dan sia-sia.
Cara penbegahan inipun sebenarnya menuai kontroversi, ada yang beranggapan bahwa hak atau keinginan hidup dan mati bukan berada ditangan orang lain melainkan diri mereka sendiri, jadi pencegahan tersebut pun dinilai tidak pantas.
Di zaman sekarang ini, bermunculan pencegahan bunuh diri, namun dahulu pada awal tahun 1990an tindakan bunuh diri dibantu agar orang yang menginginkan kematian dapat mati sesuai keinginannya.
Bantuan ini pun tidak kalah menuai kontroversi, dokter Jack Kevorkian asal Michigan membantu pasiennya yang berkeinginan bunuh diri dengan alat ciptaannya yang dapat menyuntikkan obat membuat pasien tak sadar dan memberikan potasium klorida yang mematikan denyut jantung mereka.
Jadi, yang manakah yang dianggap lebih kontroversial menurut anda? :)
This is the end of my post, today.

Sincerely,
sick-psycho

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ramalan